Jakarta Liga335 – Anggota Komisi VII DPR RI, Novita Hardini, mendorong pemerintah agar lebih serius memberikan insentif kepada pelaku industri kreatif, khususnya di sektor perfilman. Ia menekankan pentingnya dukungan bagi para kreator yang mengangkat tema edukasi dan nilai-nilai pendidikan positif dalam karya mereka.
Menurut Novita, hingga kini kehadiran pemerintah dalam mendampingi industri kreatif nasional masih belum optimal. Ia menilai perlu adanya upaya nyata untuk membangun ekosistem perfilman yang merata dan berkelanjutan di Indonesia.
“Dukungan terhadap industri film nasional tidak cukup hanya melalui penyaluran KUR. Dibutuhkan ekosistem pendanaan yang berkesinambungan, dikelola secara profesional, dan transparan,” ujar Novita dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Ia menyinggung keberhasilan film dokumenter bertema tambang emas berjudul Ra Ritek yang meraih Piala Citra FFI 2025. Prestasi tersebut menjadi catatan sejarah tersendiri dalam ajang Festival Film Indonesia dan sekaligus menunjukkan meningkatnya minat publik terhadap film-film yang mengangkat isu lingkungan.
Film dokumenter yang diproduseri Wahyu Adhi Nugroho dan disutradarai Alvina N.A itu, kata Novita, mencerminkan tingginya keresahan masyarakat terhadap eksploitasi alam yang kian masif. Pesan yang disampaikan dinilai sejalan dengan suara publik yang semakin peduli terhadap keberlanjutan lingkungan.
Ia menegaskan bahwa penghargaan yang diraih Ra Ritek tidak hanya bernilai artistik, tetapi juga membuktikan bahwa pesan moral dalam karya film kini menjadi bentuk aspirasi baru masyarakat yang disampaikan melalui medium kreatif.
Seiring tumbuhnya karya-karya berkualitas dari pelaku industri kreatif dalam negeri, Novita menilai pemerintah seharusnya memberikan dukungan yang lebih serius dan terstruktur. Menurutnya, industri kreatif memiliki hak yang sama untuk mengakses pendanaan ventura, sebagaimana yang selama ini dinikmati oleh sektor manufaktur.
Ia mencontohkan negara-negara seperti Korea Selatan, India, Tiongkok, dan Thailand yang telah lebih dahulu menyadari besarnya potensi industri film bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Negara-negara tersebut bahkan telah menyiapkan berbagai skema pendanaan ventura khusus untuk perfilman.
“Negara yang berhasil mengekspor film dalam skala besar umumnya sudah memiliki ekosistem ventura khusus untuk industri film. Indonesia masih tertinggal dalam hal ini,” tuturnya.
Menutup pernyataannya, Novita berharap semakin banyak karya kreatif yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga mampu mengedukasi serta mendorong kepedulian masyarakat terhadap isu lingkungan.
“Pelestarian alam merupakan investasi jangka panjang bagi generasi mendatang. Jika pesan tersebut disampaikan melalui karya kreatif yang berkualitas, dampaknya akan jauh lebih kuat dan berkelanjutan,” pungkasnya.